Minggu, 28 Juni 2009

Lebih dari Cinta - Cpt01

Satu


…padang rumput yang indah,
dikelilingi taman bunga tulip berwarna putih…




Pagi yang indah, Martha dan Levta, kembar cewek ini berkutat dengan selimut mereka di atas tempat tidur yang berbeda dalam satu kamar.
KRING….
Weaker itu terus berteriak hingga tangan Levta yang menggapai-gapai di atas meja di antara mereka, menutup mulut weaker itu.
Bangun dari tempat tidur, Smarphy Solcota dan Clev Sollesta menuju kamar mandi. Setengah jam kemudian, keduanya sudah selesai bersiap ke sekolah. Mereka sarapan di ruang makan yang sepi, orang tua mereka masih di Perancis untuk proyek baru, kemudian berpamitan dengan Bik Jana. Thunder hijau milik Levta yang biasa mengantar mereka pun berangkat ke sekolah dengan Levta membonceng Martha.
Disaat yang sama, namun tempat yang bereda, Endo di dalam Rush-nya sedang menunggu Endy. Akhirnya Endy masuk ke mobil serya mengancingkan bajunya dengan rapi. Endy menutup pintu mobildan Endo menyalakan mobil. Melihat Endy yang merapikan rambutnya, Endo malah menata rambut Endy sembarangan dan tersenyum. Endy hanya pasrah melihat copiannya yang cuek itu. Moretha Friendy dan Deztha Friendo melaju ke sekolah dengan raut muka yang ringan dan bersahabat.



SMA Freund, lembaga pendidikan swasta yang ada di Jakabarng, Palembang. Akreditasi A selama tujuh tahun berturut turut sejak berdirinya delapan belas tahun yang lalu. Sejak dua tahun lalu dipimpin oleh kepala sekolah Salvator Moire, M.Ba. SMA yang berpondasi persahabatan dan saling mengerti di antara anggota keluarganya berhasil menjadi SMA favorit di Indonesia.
Di sini, dua pasang kembar, Martha-Levta dan Endy-Endo bersekolah, tahun ini adalah tahun terakhir bagi mereka. Tanpa saling sapa dan perhatian selama dua tahun, sekarang mereka dipertemukan dalam satu kelas. Dua belas IPA A, kelas mereka, paling strategis karena berdekatan dengan Ruang KepSek, Kantor Guru, Toilet, Ruang Kegiatan Organisasi, di lantai 2, dekat tangga yang menuju langsug ke Lap. Olah Raga. Namun, mereka berada di kelas yang dinotabene oleh kelas lainnya ‘istimewa’. Istimewa, menimbulkan kecemburuan sosial antar kelas.



Endo memarkir mobilnya dengan sempurna. Levta memarkir tepat di sebelah Rush milik Endo.
Endy turun dan menutup pintu di belakangnya.
“Eh, Lu Clev. Kapten futsal cewek sekolah kita kan, kenalin gue Endy. Kita satu kelas.” Endy menodongkan tangannya di depan Martha.
“Ups, maaf ya. Gue Smarphy bukan Clev, Oke. Ini Clev sodara Gue.” Martha tersenyum menyambut tangan Endy dan mengenalkan Levta yang terkikik di samping Martha.
“Endy, Gue duluan.” Endo menutup pintu dan menguncinya sambil menyandang tas di samping tubuhnya yang tinggi. Melambai ke Endy dan tersenyum ke Martha dan Levta.
“Yoi, thanks youw.” Endy menoleh dan melambai.
“Eh, Gue sama Martha jalan dulu ya.” Levta memotong lambaian Endy dan tersenyum ke Endo.
“Oh, ya. Ke kelas?! Oke deh. Gue ke lapangan basket dulu.” Endy menunjuk ke Lap. Baskat di belakang tempat parkir.



Hari ini kelas membosankan.
“Martha, gue nggak nangkep tuh, apa yang disampein sama Pak Have?” Levta berbisik ke Martha yang mendengarnya sambil menulis.
“Ooh, Pak Have lagi ngejelasin tentang Momen Inersia, tapi Lu dengerin aja apa yang Lu dapet, ntar malem gue bantuin deh,” Martha melihat jamnya, “sepuluh menit lagi kita pulang.”
Levta mengangguk. Karena Pak Have sedang menuis di depan, Levta memperhatikan Endy dan Endo yang duduk dua selang di depan mereka.
‘Endo, besok malem ajarin Gue Fisika hari ini ya, male mini Gue gitar solo di Green Bakery. Lu nonton Gue ya.’ Endy menulis di bukunya dan menyodorkannya ke Endo.
‘OK. Liat aja ntar.’ Jawab Endo.
Kelas usai. Pukul satu lewat tiga puluh lima menit.
“Levta, Lu aper ga?”
“Iya nih Martha, eh, Mending kita ke Green Bakery aja, kita makan siang dulu baru pulang, tapi ntar Lu telpon Bik Jana ya, kasihan dia ntar keburu masak.”
“Iya deh.”
Endo dan Endy sudah di dalam Rush. Endo mengemudi keluar gerbang sekolah dengan santai.
“Eh, stop-stop, gue ada perlu di Green Bakery.” Teriak Endy.
Endo mengabulkan keperluan Endy dan perkir di pelataran café sekaligus toko roti itu.
“Lu turun aja, kita makan siang disini.” Endy melongo dari jendela Endo.
“OK.” Singkat Endo.



“Tisha!” Panggil Levta. Tisha Mecca, waitress ramah took roti favoritnya, seumuran mereka, Homescholling karena harus mengurus café keluarganya.
“Eh, Lu berdua mau pesan apa? Pesan yang banyak ya, hehehe.” Tanya Tisha.
“Spagetti, Steak, Pudding, sama Banana Split masing-masing dua porsi sedang, Oke.” Jawab Martha singkat.
“Oke.” Tisha menulis pesanan mereka di note-nya. “Eh, kalian udah tahu belum, ntar malem dating ya, ada performance dari Moretha Friendy, Gitar solo, tiga lagu.”
“Oh, si Endy. Liat ntar deh. Cepetan ya, laper nih.” Rengek Levta.
“Eh, tuh si Endy.” Martha menunjuk ke kantor manager. Endy yang sedang berbicara dengan manager café dibisikkan sesuatu oleh Endo. Mereka dan Manager cafe kemudian bersalaman. Endy melihat Martha dan mereka mendatangi meja Martha dan Levta untuk bergabung.
“Eh, makan di sini juga?! Endo sama Gue juga mau makan.” Basa basi Endy.
“Sodara Lo ya?” Tanya Levta.
“Oh..kenalin deh…, Endo, Sodara plus manager Gue.”
“Levta.”
“Hai.”
“Gue Martha.”
“Endo.”
Tisha dan seorang waitress lain datang mengantar pesanan mereka.

1 komentar: